Psikoterapi minggu ke2

A. Perbedaan Psikoterapi dan Konseling

Bagi sekelompok ahli, berpendapat psikoterapi dan konseling sebaiknya keduanya diterima sebagai kegiatan yang sinonim, banyak kesamaan dan sama-sama bertujuan mulia, yaitu membantu orang lain. Hahn (1953) dan English and English (1958) mengemukakan adanya batas yang kurang tajam antara konseling dan psikoterapi sehingga sering mengaburkan. Namun bagi sekelompok ahli lain, upaya membedakan keduanya dianggap perlu terus dilakukan agar jelas keprofesiannya dan perlu diketahui oleh masyarakat agar ada kejelasan dan tidak timbul keragu-raguan dimana terdapat organisasi yang bisa tidak sama disiplin keilmuannya, namun melakukan kegiatan yang sama atau hampir sama. Ahli-ahli lain tetap berusaha menunjukan adanya perbedaan antara kegiatan psikoterapi, baik untuk kepentingan profesi maupun ilmiah.

Steffire dan Grant (1972), mengemukakan ada beberapa hal yang bisa dipahami sebagai usaha untuk memahami konseling dan psikoterapi, memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan khusus/keduanya dan untuk membedakannya yaitu :

  1. Mengenai Tujuan.
  2. Mengenai Klien, Konselor dan Penyelenggaranya.
  3. Mengenai Metode.

*Perbedaan konseling dan psikoterapi mengenai tujuan

Mengenai perbedaan dengan melihat tujuan Stefflre & Grant (1972) menyimpulkan bahwa tujuan konselingagaknya lebih terbatas, lebihmelibatkan diri dengan mempengaruhi perkembangan seseorang, dengan situasi sesaat dan dengan usaha membawa seseorang dengan situasi sesaat dan dengan usaha membawa seseorang dengan situasi sesaat dan dengan usaha membawa seseorang agar bisa berfungsi secara tepat sesuai dengan peranannya. Sebaliknya pada psikoterapi tujuannya lebih sentral, tidak hanya memperhatikan saat sekarang melainkan yang akan datang, jadi usaha untuk mengubah struktur kepribadian yan mendasar.

Menurut Wolberg, konseling berhubungan dengan tujuan untuk memberikan support dan mendidik-kembali (supportive dan reeduction), sedangkan pada psikoterapi berhubungan tujuan merekontruksi kepribadian seseorang (reconstructive).

 Blocher (1966) membedakan konseling dengan psikoterapi dengan melihat pada tujuannya, secara singkat sebagai berikut :

  1. Pada konseling : developmental – educative – preventive.
  2. Pada psikoterapi : remendiative – adjustive – therapeutic.
  • . Perbedaan psikoterapi dan konseling mengenai klien, konselor dan penyelenggaranya.

Mengenai klien dan konselor, Blocher (1966) mengemukakan ciri-cirinya untuk membedakan antara konseling dan psikoterapi, sebagai berikut :

  1. Klien yang menjalani konseling tidak digolongkan sebagai penderita penyakit jiwa, tetapi dipandang sebagai seseorang yang mampu memilih cara umum bisa bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri dan terhadap hari depannya.
  2. Konseling dipusatkan pada keadaan sekarang dan yang akan datang.
  3. Klien adalah klien dan bukan pasien. Konselor bukanlah tokoh otoriter namun adalah seseorang “pendidik” dan “mitra” dari klien dalam melangkah bersama untuk mencapai tujuan.
  4. Konselor tidaklah netral secara moral atau tidak bermoral, melainkan memiliki nilai-nilai, perasaan dan normanya sendiri, meskipun konselor tidak perlu memaksakan hal ini kepada klien, namun ia juga tidak menutupinya.
  5. Konselor memusatkan pada perubahan perilaku tidak hanya menumbuhkan pengertian.

* Perbedaan psikoterapi dan konseling mengenai metode

Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson and Rudolph sebagai berikut :

Konseling untuk

  • Klien
  • Gangguan yang kurang serius
  • Masalah jabatan dan pendidikan
  • Berhubungan dengan pencegahan
  • Lingkungan pendidikan dan nonmedis
  • Berhubungan dengan kesadaran
  • Metode pendidikan

Psikoterapi untuk

  • Pasien
  • Gangguan yang serius
  • Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
  • Berhubungan dengan penyembuhan
  • Lingkungan media
  • Berhubungan dengan ketidaksadaran
  • Metode penyembuhan

2. BENTUK-BENTUK UTAMA DALAM TERAPI

  • Terapi Supportive : 

Suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya.

Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:

  • Ventilasi atau kataris
  • Persuasi atau bujukan (persuasion)
  • Sugesti
  • Penjaminan kembali ( reassurance)
  • Bimbingan dan penyuluhan
  • Terapi kerja
  • Hipno-terapi dan narkoterapi
  • Psikoterapi kelompok
  • Terapi perilaku
  • Terapi Reeducative : 

Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri.

  • Terapi Reconstuctive : 

Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya dialam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.

Sumber :

Gunarsa, Singgih. 1996. Konseling dan Psikoterapi. BPK Gunung Mulia ; Jakarta

http://www.slideshare.net/iebeiyan/45620167-psikoterapisuportif

http://www.scribd.com/doc/27950595/psikoterapi-suportif

http://yesimariati.blogspot.com/2013/04/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi.html

Leave a comment