0

TUGAS KE II dan KE III SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

TUGAS KE II. Komponen sistem

A. Input

Menurut Wardana (2008), input adalah semua faktor yang mempengaruhi sistem secara langsung (terkendali ataupun tidak terkendali).

Input adalah energy yang dimasukkan ke dalam sistem, yang dapat berupa perawatan (maintenac input), dan masukkan sinyal (signal input) (Hutahaean, 2015).

B. Tujuan sistem

Tujuan sistem merupakan tujuan dari sistem yang dibuat tersebut, tujuan sistem dapat berupa organisasi , kebutuhan organisasi, permasalahan yang ada dalam suatu organisasi maupun urutan prosedur untuk mencapai tujuan organisasi.

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Sasaran sistem sangat menentukan input yang dibutuhkan sistem dan keluaran atau output yang akan dihasilkan sistem (Hutahaean, 2015).

C. Proses

Proses adalah faktor yang dapat mentransformasi input-output (Wardana, 2008).

Suatu sistem menjadi bagian proses atau pengolah yang akan merubah input atau masukan menjadi output atau keluaran (Hutahaean, 2015).

D. Output

Output adalah hasil dari proses, terdiri atas dua macam, yaitu output dikehendaki yang merupakan sistem terhadap kebetulan yang telah ditetapkan, dan output tak dikehendaki yang merupakan hasil samping yang tidak dapat di hindari, selalu di identifikasi sebagai pengaruh negative kerja sistem (Wardana, 2008).

Menurut Hutahaean (2015), output adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.

E. Umpan balik (Feedback)

Umpan balik (Feedback) adalah faktor yang bertindak sebagai pengendalian terhadap output yang tidak di inginkan, memodifikasi input sebagai masukan pada proses (Wardana, 2008).

Umpan balik merupakan elemen dalam sistem yang bertugas mengevaluasi bagian dari output yang dikeluarkan, dimana elemen ini sangat penting demi kemajuan sistem. Umpan balik dapat berupa perbaikan sistem, pemeliharaan sistem, dan sebagainya.

F. Alur komponen sistem

Tujuan dan kontrol sistem akan berpengaruh pada input, proses dan output. Input dalam sistem akan diproses dan diolah sehingga menghasilkan output. Output tersebut akan di analisa dan akan menjadi umpan balik bagi penerima dan dari umpan balik ini akan muncul segala macam pertimbangan untuk masukan atau input selanjutnya, dan siklus ini akan berlanjut serta berkembang sesuai dengan permasalahan yang ada.

TUGAS KE III. Sistem informasi berbasis komputer/ Computer based information system (CBIS)

A. Pengertian Computer based information system (CBIS)

Sistem informasi berbasis komputer/ computer based information system (CBIS) mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem embangkit informasi. Dengan integrasi yang di miliki antar subsistemnya, sistem informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai manajemen yang membutuhkannya.

Sistem informasi berbasis komputer/ computer based information system (CBIS) merupakan suatu sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat pengambilan keputusan.

  1. Sistem informasi akuntansi (SIA)

SIA merupakan sistem informasi yang melaksanakan aplikasi akuntansi perusahaan, yaitu sebagai pengolah data perusahaan. SIA lebih berorientasi pada data disbanding informasi, walaupun ada beberapa informasi yang dihasilkan.

SIA adalah satu-satunya sisteminformasi yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan informasi diluar perusahaan, menyediakan informasi untuk seluruh lingkungan kecuali pesaing.

Tugas utama SIA adalah pengumpulan data, manipulasi data, penyimpanan data, menyediakan dokumen.

Peran SIA dalam CBIS, yaitu:

  • Menghasilkan beberapa output informasi dalam bentuk laporan akuntansi standar.
  • Menyediakan database yang lengkap untuk digunakan dalam pemecahan masalah.
  1. Sistem informasi manajeman (SIM)

SIM merupakan sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentk satu kesatuan, saling berinteraksi, dan bekerja sama antara bagian satu, dengan bagian yang lainnya dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima input berupa data-data, kemudian mengolahnya, dan menghasilkan output berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut untuk mencapai tujuan.

  1. Sistem pendukung keputusan/ Decision support system (DSS)

Terdapat 4 tahap pengambilan keputusan yang dilakukan manager, yaitu:

  • Kegiatan intelejen, mengamati lingkungan untuk mencari kondisi yang perlu diperbaiki.
  • Kegiatan merancang, menemukan, mengembangkan dan menganalisis berbagai alternative tindakan yang mungkin.
  • Kegiatan memilih, memilih salah satu rangkaian tindaan diantara alternatif.
  • Kegiatan Review, menilai pilihan-pilihan yang lalu.

Keputusan terbagi menjadi; Keputusan terprogram bersifat berulang dan rutin, Keputusan tak terprogram bersifat baru dan tidak terstruktur serta tidak ada metode pasti untuk menanganinya karena belum pernah terjadi sebelumnya.

  1. Office Automacy (OA)

Mencakup semua sistem elektronik formal dan informal terutama berkaitan dengan komunikasi informasi ked an dari orang-orang didalam maupun diluar perusahaan.

Aplikasi OA yaitu:

  • Word Processing.
  • E-mail.
  • Voice mail.
  • Electronic calendaring.
  • Audio conferencing.
  • Computer conferencing.
  • Facsimilie
  • Videotex
  • Imaging
  • Deksop publishing.
  1. Expert system/ Sistem pakar

Expert system adalah sebuah sistem informasi yang memiliki intelegensia buatan (Artificial Intelegence) yang menyerupai intelegensi manusia. Expert system mirip dengan DSS yaitu bertujuan menyediakan dukungan pemecahan masalah tingkat tinggiuntuk pemakai. Perbedaannya adalah kemampuan expert system untuk menjelaskan alur penalarannya dalam mencapai suatu pemecahan tertentu.

Karakteristik dari expert system yaitu; memiliki kemampuan belajar atau memahami masalah dari pengalaman, memberikan tanggapan yang cepat dan memuaskan terhadap situasi baru, mampu menangani masalah yang kompleks, memecahkan masalah dengan penalaran, menggunakan pengetahuan untuk penyelesaian masalah.

Sumber referensi :

Gaol, C, J, L. (2008). Sistem informasi manajemen. Jakarta: Grasindo.

Hutahaean, J. (2015). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish.

Kristanto, A. (2003). Perancangan sistem informasi dan aplikasinya. Yogyakarta: Gava Media.

Laudon, J, P., Laudon, K, C. (2008). Sistem informasi manajemen ed. Jakarta: Salemba Empat.

Sutanta, E. (2005). Dukungan sistem informasi manajemen (SIM) dalam kegiatan manajemen. Jurnal manajerial, 1.

Wardana. (2008). Membuat aplikasi berbasis pendekatan sistem dengan Visual Basic Net 2008. Jakarta: Elex Media Komputindo.

0

Tugas Sistem Informasi Psikologi

A. Sistem

Sistem adalah sebuah tatanan (keterpaduan) yang terdiri atas sejumlah komponen fungsional (dengan satu fungsi atau tugas khusus) yang saling berhubungan dan secara bersama-sama bertujuan untuk memenuhi suatu proses pekerjaan tertentu. (Fathansyah dalam Nasikin, 2011).

Marimin dkk (2006) berpendapat bahwa Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam lingkungan yang kompleks.

Menurut Jogiyanto (dalam Nasikin, 2011) dalam Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dari beberapa pengertian sistem diatas, dapat disimpu.kan bahwa sistem merupakan tatanan suatu kesatuan atau kumpulan dari sejumlah elemen atau bagian-bagian yang saling berhubungan dalam mencapai suatu tujuan.

B. Informasi

Kusrini dan Koniyo (2007) mengatakan, Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini ata mendukung sumber informasi.

Menurut Kadir (dalam Muslih & Purnama, 2013), Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.

Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan (Jogiyanto dalam Priyanti & Iriani, 2013)

Dari beberapa pengertian informasi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil dari pengolahan data, dimana data diolah menjadi suatu bentuk yang lebih berarti, menggambarkan kejadian-kejadian nyata yang bermanfaat bagi penerimanya.

C. Psikologi

Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata psyche yang berarti “jiwa”, dan logos yang berarti “ilmu”. Jadi, secara harifah, psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan (Alex Sobur, dalam Hidayat, 2014).

Menurut Wundt (dalam Basuki, 2008), Psikolgi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness).

Dalam pengertian lain, Plotnik (dalam Basuki, 2008) mengatakan bahwa psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental.

Dari pengertian psikologi menurut beberapa tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan proses mental, termasuk gejala-gejala kejiwaan dan kesadaran manusia yang dipelajari secara sistematik dan ilmiah.

Sumber :

Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Hidayat, A. (2014). Unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai psikologis dalam naskah drama “matahari di sebuah jalan kecil” karya arifin c noor sebagai alternatif pemilihan bahan ajar sastra di sma. Journal fon. 5.

Kusrini. & Koniyo, A. (2007). Tuntunan praktis membangun sistem informasi akuntansi dengan visual basic dan microsoft SQL server. Yogyakarta: CV. Andi offset.

Marimin dkk. (2006). Sumber daya manusia. Bogor: Grasindo.

Muslih, M, T. & Purnama, B, E. (2013). Pengembangan aplikasi sms gateway untuk informasi pendaftaran peserta didik baru di sman 1 Jepara. Indonesian Jurnal on Networking and Security (IJNS). 2, 50-55.

Nasikin, K. (2011). Pengembangan sistem informasi akademis dan keuangan di man 2 pati. Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi. 3, 20-26.

Priyanti, D & Iriani, S. (2013). Sistem informasi data penduduk pada desa bogoharjo kecamatan ngadirojo kabupaten Pacitan. Indonesian Jurnal on Networking and Security (IJNS). 2, 55-61.

0

Psikoterapi 4, Terapi Bermain

Terapi Bermain

Menurut Landreth (dalam Zellawati, 2011) bermain sebagai terapi merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam membantu anak mengatasi masalahnya, sebab bagi anak bermain adalah simbol verbalisasi.

I. Konsep Terapi Bermain

 Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor ekspresi gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan, dan tidak ada unsur paksaan serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela, dan mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat.

Bermain bagi anak merupakan kebutuhan sebagaimana makan, minum, kasih-sayang, dan lain sebagainya. Bermain harus seimbang antara bermain aktif (kesenangan diperoleh dari apa yang di perbuat) dan bermain pasif (kesenangan diperoleh dari orang lain).

II. Teknik Terapi Bermain Anak

1. Permainan Boneka

Boneka memberikan suatu cara yang tidak mengancam untuk anak-anak bermain di luar pikiran dan perasaan mereka. Selama bermain dengan boneka anak-anak melakukan beberapa hal seperti berikut ini :

a. Mengidentifikasikan diri dengan boneka

b. Memproyeksikan perasaan sendiri dalam figur permainan

c. Memindahkan konfliknya dalam figur permainan.

Dalam permainan boneka, terapis mendapatkan informasi tentang :

a. Pandangan pikiran anak

b. Perasaan anak

c. Tingkah laku anak 

Boneka dalam terapi bermain meliputi ;

a. Boneka bayi yang berukuran seperti bayi

b. Boneka yang secara anatomi benar, baik laki-laki maupun perempuan

c. Keluarga boneka

d. Binatang dari kain

e. Boneka manusia dari berbagai ras dan sukubangsa (Jawa, Batak,Papua, America, africa dll)

f. Perlengkapan boneka seperti rumah, baju, tempat tidur dll

2. Permainan boneka wayang

Gerakan wayang atau boneka memungkinkan anak menceritakan ceritera-ceritera yang kaya dalam bentuk simbol dan untuk menciptakan fantasi-fantasi mereka. Manfaat permainan boneka wayang :

a. Melalu gerakan boneka, anak dapat menghadapi pikiran dan perasaan yang sulit untuk mereka akui sebagai diri sendiri.

b. Dengan menggunakan boneka, anak dapat menciptakan orang lain dan berinteraksi serta mengungkapkan pikiran dan perasaannya sekaligus kemarahannya yang dalam kehidupan nyata tidak bisa dilakukannya.

c. Anak-anak juga dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa diungkapkannya sendiri Permainan dengan boneka dapat merupakan kegiatan kelompok yang menarik dan dapat digunakan dengan kelompok anak-anak yang kebih besar atau kecil, terutama dalam lingkungan sekolah. Dengan bermain boneka dalam kelompok, membuat anak saling menghargai sudut pandang orang lain, dapat memecahkan masalah dan keterampilan sosial.

3. Bercerita

Secara psikologis membaca atau bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Kebanyakan anak kecil lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Selain itu karena anak kecil cenderung egosentrik mereka memyukai ceritera yang berpusat pada dirinya.

Mula-mula anak-anak suka cerita imajinatif yang khayal kemudian seiring dengan berkembangnya kecerdasan dan pengalaman sekolah anak yang lebih besar menjadi realistik, dan minatnya pun beralih ke cerita petualangan, kekerasan, kemewahan dan cinta serta pendidikan.

Menceritakan cerita memberikan cara yang menyenangkan untuk mengembangkan rapport dan belajar tentang anak. Ketika anak menceritakan cerita mereka, mereka mengkomunikasikan informasi penting tentang diri mereka sendiri dan keluarga mereka sambil belajar mengekspresikan dan menguasai perasaan mereka. Dengan mendengarkan cerita anak, terapis dapat memahami lebih baik pertahanan diri anak, konflik anak, dan dinamika keluarga anak. Dalam menganalisis cerita anak, terapis harus mencari tema yang diulang yang dapat memberikan kunci penting tentang perasaan-perasaan dan perjuangan anak. Terapis harus sangat akrab dan terampil dalammenginterpretasikan komunikasi simbolik secara wajar. Semua ini tergantung pada keterampilan dan pertimbangan terapis.

4. Bermain pasir

Anak-anak suka bermain pasir. Dengan adanya terapi bermain menggunakan pasir anak-anak diberikan kegembiraan, rileks dan merupakan medium terapeutik. Selama di dalam kamar bermain anak bebas bermain dalam pasir dan banyak menggunakan miniatur yang tersedia seperti yang diinginkan. Selama proses bermain pasir, anak memutuskan apa yang akan dibuat, figur apa yang akan digunakan, dan bagaimana menggunakannya. Anak bebas membuat adegan, membuat pemandangan atau apa saja sebagai cara melukiskan pengalaman di mana mereka tidak dapat menceritakan dengan kata-kata.

Dengan mengobservasi anak saat bermain pasir, terapis mendapat informasi tentang pikiran, perasaan dan tingkah laku anak. Permainan pasir juga sering menyangkut simbol-simbol yang mempunyai arti khusus.

III. Unsur-unsur dalam Terapi Bermain

– Melepas ketegangan-ketegangan yang menghimpit hatinya.

– Melatih keterampilan melalui panca inderanya atau sensomotorik

– Dilakukan dengan gembira, bahagia dengan fantasinya dapat berkembang

– Kebebasan memilih dan menentukan alat bermainnya.

– Membantu melancarkan dan mengembangkan fungsi faal tubuhnya (fisiologi) Misal : Pernafasan, peredaran darah dan makanan (psikomotorik).

– Mampu mengembangkan kemampuan diri anak semaksimal mungkin sesuai dengan prestasi dirinya

Sumber :

Zellawati, A. (2011). “Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak” . Majalah Ilmiah Informatika, 2, 167-171

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FLATAR%2520BELAKANG%2520TERAPI%2520BERMAIN.ppt&ei=r6hyVfTiJZTnuQTaoIDACA&usg=AFQjCNGBXN73jx7ioR-28o1z75qgc3VT7A

0

Terapi Analis Transaksional (Tugas Psikoterapi)

Terapi Analis Transaksional

Analisis Transaksional  adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. Analis Transaksional berbeda dengan sebagian besar terapi lain dalam arti ia adalah suatu terapi kontraktual dan desisional. Analisisn Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arti proses terapi, juga berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru.

Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Eric Berne dalam analis transaksional adalah upaya untuk merangsang tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.Secara historis analisis transaksional dari Eric Berne berasal dari psikoanalisis yang dipergunakan dalam konseling/terapi kelompok, tetapi kini telah dipergunakan pula secara meluas dalam konseling/terapi individual

Konsep Analis Transaksional

Memahami konsep pokok Analis Transaksional tentang kepribadian manusia tersimpul dalam istilah yang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games, Stroke, Egogram, dan Skript.

1. Ego State (Keadaan Ego) Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa kliennya kadang-kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti anak-anak, tapi di lain kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang dewasa. Berdasarkan pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan bahwa manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya dengan ego state. Status ego manusia itu ada tiga macam yaitu : a. Orang tua (Parent = Exteropsyche) b. Dewasa (Adult = Neopsyche) c. Anak-anak (Child = Archaeopsyche) Kondisi ego orang tua (O) atau aslinya disebut oleh Berne dengan Exteropsyche adalah prototype yang ditampilkan seseorang seperti layaknya atau nyokap Yakni penampilan yang terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Bentuk nyatanya berupa pengontrolan, membimbing, membantu mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam, mengkritik, mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb.

  1. Transaksi Transaksi merupakan inti dari konsep AT. Istilah transaksi sebenarnya adalah istilah yang sering dipergunakan dalam lapangan komunikasi. Sesuai dengan ini, transaksi diatikan sebagai hubungan stimulus respons atau dua ego state. Transaksi akan terjadi bila seseorang (A) memberikan rangsangan (stimulus) kepada orang lain (B), B memberi respons dan pada gilirannya respons B itu menjadi stimulus bagi A dan begitu seterusnya.
  2. Permainan (Games) Komunikasi antara dua manusia sebenarnya bagaikan sebuat permainan (games), ada yang kalah (korban) dan ada pula yang menang (penindas). Orang yang kalah atau menang dapat silih berganti. Kalau yang kalah berhasil mencari penyelamatan, dia akan bergerak menjadi penindas dan mengeser lawannya jadi korban, dan begitulah seterusnya. Orang menjadi pemenang akan merasa puas.
  3. Stroke (Dorongan atau Perhatian ) Interaksi antar manusia membutuhkan atroke atau berupa dorongan atau perhatian agar tercipta perubahan. Stroke ini dapat dibedakan atas stroke negatif dan positif, stroke bersyarat dan tanpa syarat.Stroke positif adalah stroke yang mengakibatkan seseorang merasa dihargai dan diperhatikan sehinga menimbulkan motivasi yang kuat baginya untuk melakukan perubahan. Stroke negatif adalah yang mengakibatkan seseorang merasa kecewa atau penyesalan.
  4. Skript (Script) Istilah skript bagi Berne dipergunakan untuk menunjukan pola kehidupan yang dapat berwujud cara bertingkah laku yang diyakini, sebagai cara, nasib, atau modus bagi dirinya. Tidak jarang pula skript boleh menjadi batas atau standar sukses ya ditanamkan orang tuanya. Skript ini bisa mempengaruhi interksi seseorang dengan orang lain.
  5. Egogram ( Takaran Energi Ego ) Istilah Egogram dikembangkan oleh Dusay yang dipakai untuk menunjukan fungsi dan besarnya kekuatan energi yang terdapat pada masing-masing ego state, terutama yang berhubungan dengan aspek emosional.

 

Sumber :

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Sugiyanto,%20M.Pd./14.%20Bahan%20Ajar%206%20konseling%20TA.PDF

0

Logotherapy (Tugas Psikoterapi)

Logotherapy

Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.

Istilah tema utama logoterapi adalah karakteristik eksistensi manusia, dengan makna hidup sebagai inti teori. Menurut Frankl yang paling dicari dan diinginkan manusia dalam hidupnya adalah makna, yaitu makna yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan.

Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/ psikiatriyang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dankejiwaan, serta beranggapan bahwa maknahidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidupbermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya.Ada tiga asas utama logoterapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu:

1.Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dankepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berhargadan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikantujuan hidup.

  1. Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas setiapperistiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif atupun makna yang negatif. Makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.

3.Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.

 

Teknik Logotherapy

  1. Mengambil jarak atas simptom (distance from symptoms),

 yaitu membantu menyadarkan pasien bahwa simptom sama sekali tidak identik dan ”mewakili” dirinya, tetapi semata-mata merupakan kondisi yang ”dimiliki” dan benarbenar dapat dikendalikan;

 

  1. Modifikasi sikap (modification of attitude)

berarti membantu pasien mendapatkan pandangan baru atas diri sendiri dan kondisinya, kemudian menentukan sikap baru dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya;

  1. Pengurangan simptom (reducing symptoms)

merupakan upaya menerapkan teknik-teknik logoterapi untuk menghilangkan sama sekali simptom atau sekurang-kurangnya mengurangi

Konsep Logotherapy

Manusia butuh untuk mencari arti kehidupan mereka dan logoterapi membantu kliennya dalam pencarian. Logoterapi terkadang disebut aliran ketiga dalam terapi psikis, aliran yang lainnya adalah analisis kejiwaan (Freud) dan psikologi individual (Adler).

Sumber :

https://www.scribd.com/doc/103040721/LOGOTERAPI

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CC0QFjAC&url=http%3A%2F%2Fwardalisa.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F26405%2FMateri%2B10%2B-%2BTeoriKepribadianEmilFrankl.pdf&ei=519CVcK8O6PAmAWu24GgBQ&usg=AFQjCNHWZ5vBxGS6zDvh3gn9XYRlJu8Psw&sig2=ql84gSgNvEC6ehOT06PP4Q

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0CGsQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fjki-ina.com%2Findex.php%2Fjki%2Farticle%2Fview%2F53%2F41&ei=SmxCVYD-A8aumAXoooHoDA&usg=AFQjCNGy_DRp-TpVBf_sDkSrUvVSKYiGwg&sig2=q6VWmvB9RLHVBvho6_VyOQ

Click to access put_logoterapi_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf

0

Teknik Humanistik Eksistensial (Tugas Psikoterapi)

Terapi eksistensial tidak terikat pada salah seorang pelopor, akan tetapi eksistensial memiliki banyak pengembang, tetapi yang populer adalah Victor Frankl, Rollo May, irvin Yalom, James Bugental, dan Medard Boss. Eksistensialisme bersama-sama dengan psikologi humanistik, muncul untuk merespon dehumanisasi yang timbul sebagai efek samping dari perkembangan industri dan urbanisasi masyarakat. Pada waktu itu banyak orang membutuhkan kekuatan untuk mengembalikan sense of humannes disamping untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kebermaknaan hidup, khususnya yang berkaitan dengan upaya menghadapi kehancuran, isolasi, dan kematian

Teknik Humanistik Eksistensial

       Teknik utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik ( suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi).

Konsep-konsep Utama Terapi Eksistensial Humanistik

 Terapi Eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Eksistensial humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensipotensi yang baik minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Terapi eksistensial humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang terpateri pada eksistensial manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreatifitas, kebebasan sikap etis dan rasa estetika.

      Terapi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensial humanistik bukan justru aliran terapi, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik suatu pendekatan yang mencakup terapiterapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsiasumsi tentang manusia. Pendekatan eksistensial humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial humanistik secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia, kesadaran diri, dan kebebasan yang konsisten.

Disini pendekatan eksistensial humanistik adalah mengembalikan potensipotensi diri manusia kepada fitrahnya. Pengembangan potensi ini pada dasarnya untuk mengaktualisasikan diri klien dan memberikan kebebasan klien untuk menentukan nasibnya sendiri dan menanamkan pengertian bahwa manusia pada fitrahnya bukanlah hasil pengondisian atau terciptanya bukan karena kebetulan. Manusia memiliki fitrah dan potensi yang perlu dikembangkan.

Sumber :

http://digilib.uinsby.ac.id/10126/6/bab%202.pdf

https://www.scribd.com/doc/103040721/LOGOTERAPI

0

Person Centered Therapy (Tugas Psikoterapi)

Person Centered theraphy

Carl R. Rogers mengembangkan person centered theraphy sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan- keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan person centered theraphy adalah cabang dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Pendekatan person centered ini bergantung pada kesanggupan pribadi seseorang tersebut untuk menemukan arahnya sendiri.

Menurut Rogers yang dikutip oleh Gerald Corey menyebutkan bahwa:’ person centered theraphy merupakan tekhnik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.

Hakikat manusia menurut Rogers adalah sebagai berikut:

  1. Setiap manusia berhak mempunyai setumpuk pandangan sendiri dan menentukan haluan hidupnya sendiri, serta bebas untuk mengejar kepentingannya sendiri selamatidak melanggar hak- hak orang lain.
  2. Manusia pada dasarnya berahlak baik, dapat diandalkan, dapat dipercayakan, cenderung bertindak secara konstruktif. Naluri manusia berkeinginan baik,bagi dirinya sendiri dan orang lain. Rogers berpendapat optimis terhadap daya kemampuan yang terkandung dalam batin manusia.
  3. Manusia, seperti makhluk hidup yang lain, membawa dalam dirinya sendiri kemampuan, dorongan, dan kecenderungan untuk mengembangkan diri sendiri semaksimal mungkin.
  4. Cara berfikir seseorang dan cara menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang dihadapinya, selalu sesuai dengan pandangannya sendiri terhadap diri sendiri dan keadaan yang dihadapinya.
  5. Seseorang akan menghadapi persoalan jika unsure- unsure dalam gambaran terhadap hdiri sendiri timbul konflik dan pertentangan, lebihlebih antara Siapa saya ini sebenarnya (real self) dan saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana (ideal self).

Teknik Person Centered Terapi

Secara garis besar tekhnik terapi Person- Centered yakni:

a. Konselor menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi.

b.Konselor menjadi seorang pendengar yang sabar dan peka, yang menyakinkan konseli dia diterima dan dipahami.

c  Konselor memungkinkan konseli untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya.

Konsep Person Centered oleh Rogers

Dalam proses konseling selalu memperhatikan perubahan- perubahan kepribadian, maka atas dasar pengalaman klinisnya Rogers memiliki pandangan- pandangan khusus mengenai kepribadian, yang sekaligus menjadi dasar dalam menerapkan asumsi- asumsinya terhadap proses konseling. Kepribadian menurut Rogers merupakan hasil dari interaksi yang terus- menerus antara organisme, self, dan medan fenomenal. Untuk memahami perkembangan kepribadian perlu dibahas tentang dinamika kepribadian sebagai berikut:

  1. Kecenderungan Mengaktualisasi Rogers beranggapan bahwa organism manusia adalah unik dan memiliki kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, mengontrol dirinya dan mengembangkan potensinya.
  2. Penghargaan Positif Dari Orang Lain Self berkembang dari interaksi yang dilakukan organism dengan realitas lingkungannya, dan hasil interaksi ini menjadi pengalaman bagi individu. Lingkungan social yang sangat berpengaruh adalah orang- orang yang bermakna baginya, seperti orang tua atau terdekat lainnya. Seseorang akan berkembang secara positif jika dalam berinteraksi itu mendapatkan penghargaan, penerimaan, dan cinta dari orang lain.
  3. Person yang Berfungsi Utuh Individu yang terpenuhi kekbutuhannya, yaitu memperoleh penghargaan positif tanpa syarat dan mengalami penghargaan diri, akan dapat mencapai kondisi yang kongruensi antara self dan pengalamannya, pada akhirnya dia akan dapat mencapai penyesuaian psikologis secara baik.

Sumber :

http://digilib.uinsby.ac.id/9476/3/Bab%202.pdf

0

Terapi Psikoanalisa (Tugas psikoterapi)

Teknik Terapi psikoanalisa

Prinsip yang dipakai dalam teknik terapi menurut psikoanalisa adalah mencari dulu faktor-faktor yang menyebabkan neurosa itu melalui teknik-teknik kepribadian. Apabila sudah diketahui penyebab itu, barulah diusahakan untuk menghilangkan faktor-faktor itu dalam rangka menghilangkan gejala-gejala penyakit.

1.Teknik talking cure (chimney sweeping)

Teknik talking cure merupakan teknik yang pertama kali pada saat Freud melakukan prakteknya untuk yang pertama kali bersama dokter Josep Breuer. Teknik ini dilaksanakan dengan membina hubungan baik dengan pasien-pasiennya. Dari hubungan baik tersebut Freud membiarkan pasiennya menceritakan semuanya pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya dari masa lalu. Melalui talking cure ini semua isi hati yang membuat si pasien kecewa dapat tersalurkan sehingga hati pasien menjadi lega terbebas dari tekananatekanan isi hati yang selama ini tidak bisa disalurkan keluar. Kemudian dari hubungan baik tersebut akan dapat menimbulkan “catharsis” yaitu suatu keadaan dimana pasien dengan bebas sekali mengemukakan semua kesukaran-kesukaran yang dialaminya kepada dokter. Akan tetapi menurut pengalaman Freud teknik talking cure kurang tepat karena dari teknik ini hanya menghasilkan hal-hal yang terdapat dalam alam kesdaran. Padahal persoalan yang menyebabkan gangguan kejiwaan kebanyakan pada alam ketidaksadaran.

2. Katarsis (hipnosa)

Metode katarsis ini diperoleh dari dokter Josep Breuer. Metode hipnosa merupakan suatu teknik atau metode untuk menjadikan pasien-pasien setengah sadar atau berkurang kesadarannya sehingga lebih mudah dilihat isi dari alam ketidaksadarnnya. Menurut dr. Breure berdasarkan metode katarsis itu telah terbukti adanya perkaitan antara ingatan-ingatan yang dilupakan dengan gejala-gejala histories. Sebab arti gejala-gejala itu dapat dinyatakan setelah pasien dimasukkan dalam keadaan hipnosa. Jadi dalam metode katarsis yang diajarkan oleh Breure menurut pasien dihipnosis secara mendalam, karena hanya dalam keadaan hipnosa diperoleh sumber-sumber pataganis. Dalam menghadapi kasus akut, Bernheim berulang-ulang mengatakan bahwa sugesti adalah inti manifestasi hipnotisme dan hipnotis itu sendiri adalah hasil dari sugesti atau kondisi yang disugesti. Dalam keadaan bangun, dia juga lebih suka menggunakan sugesti yang juga akan memberi hasil yang sama. Freud dalam menjalankan metode hypnosis dikabarkan telah sukses menagani kasus gangguan syaraf, yaitu perilaku irrasional seseorang yang berada dalam kesusahan. Tetapi tidak lama kemudian Freud merasa kurang puas dengan metode katarsis (hipnosa) karena metode ini dirasakan terlalu berat bagi dokter bersangkutan dan juga karena hasilnya kurang memuaskan akibat daya tahan pasien sering kali tidak dapat dibongkar, malah dipertebal saja. Ia juga mengatakan pekerjaan ini mengingatkan pada metode megis, sulap dan takhayul. Hanya saja, untuk kepentingan pasien, dokter harus melakukannya. Walaupun sebenarnya tidak demikian karena metode hipnosa dapat dijelaskan secara ilmiah. Sehingga Freud perlu mengembangan tekniknya sebagai penyempurna tehnik-teknik sebelumnya.

3. Metode asosiasi bebas (free assosiation)

Merupakan teknik utama dalam psikoanalisa. Analisis meminta kepada pasien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran dan renungan sehari-hari dan sebisa mungkin menyatakan apa saja yang terlintas dalam pemikirannya betapapun menyakitkan. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis dari masa lampau. Jadi dalam metode asosiasi bebas ini pasien harus meninggalkan setiap sikap kritis terhadap fakta-fakta yang disadari dan mengatakan apa saja yang timbul dalam pemikirannya. Freud berkeyakinan bahwa hidup psikis sama sekali detirminis dalam arti bahwa tidak ada sesuatu pun yang kebetulan oleh karena asal pasien jujur maka dokter akan dapat menyelami pikiran yang bebas dari pasien. Dari prakteknya penyembuhan menggunakan asosiasi bebas ini belum membuat Sigmund Freud puas. Hal ini karena masih kurang banyak isi dari ketidaksadaran yang dapat dikorek keluar sehingga penyembuhan pun kurang meyakinkan.

4. Penafsiran mimpi

Dari berbagai usaha yang telah dilakukan akhirnya Freud berfikir bahwa isi ketidaksadaran dapat pula timbul dalam mimpi. Mimpi merupakn suatu produk psikis dan karena hidup psikis dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis maka bisa diterima jika ia menyatakan mimpi sebagai perwujudan suatu konflik. Mimpi sebagai keinginan taksadar yang muncul dalam kesadaran. Di dalam mimpi ada tiga materi yang telah dikemukakan oleh Freud yaitu; pertama, telah diketahui bahwa materi-materi tertentu yang muncul dalam isi mimpi, yang sesudahnya tidak bisa dikenali di alam sadar, adalah bagian dari pengetahuan dan pengalaman seseorang. Kedua, sumber materi-materi untuk direproduksi dalam mimpi yang diambil adalah dari masa kanak-kanak. Ketiga, keanehan ingatan dalam mimpi yang paling luar biasa sekaligus paling sulit untuk dijelaskan adalah pada pemilihan materi yang akan diproduksi. Untuk menafsirkan mimpi orang harus menelusuri proses terbentuknya mimpi dalam jurusan yang berlawanan. Dengan bertolak dari isi yang terang, orang harus kemabali ke pikiran-pikiran tersembuyi yang telah didistorsi oleh sensus. Setelah terlewati ia akan dapat memperlihatkan keinginan yang direpresi. Maka penafsiran mimpi memainkan peran besar dalam perawatan psikoanalisis dan pada banyak kasus penafsiran mimpi jangka panjang menjadi instrumen paling penting dalam perawatan. Bagi Freud analisa tentang mimpi membawa banyak keuntungan, yang pertama, analisa itu dapat meneguhkan hepotesanya tentang susunan dan fungsi hidup psikis. Kedua, melalui hasil studinya tentang mimpi-mimpi ia mencapai kerajaan yang besar dibidang pengobatan neurosa-neurosa, dimana mimpi tersebut dapat membongkar ingatan-ingatan dari masa lampau.

Secara singkat Teknik dasar Terapi Psikoanalisis

1. Asosiasi bebas

→ adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman  masa lalu & pelepasan emosi yg berkaitan dg situasi traumatik di masa lalu

2. Penafsiran

→ Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi, resistensi dan transferensi

* bentuk nya = tindakan analis yg menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna.

3. Analisis Mimpi

→ Suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan-bahan yg tidak disadari dan memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan

4. Analisis dan Penafsiran Resistensi

→ Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan yg ada dibalik resistensi shg dia bias menanganinya

5. Analisis & Penafsiran Transferensi

→ Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi

Konsep terapi psikoanalisa

Teori psikoanalisa dapat dipahami konsep-konsepnya tentang pandangannya tentang sifat manausia, struktur kepribadian, ketidaksadaran dan kesadaran, dan kecemasan, sebagai berikut :

1. Persepsi tentang sifat manusia Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Ajaran psikoanalisa juga menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut. Sedangkan tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas yang dihadapi seseorang erat kaitannya dengan kenyataan bahwa setiap manusia akan mengalami kematian.

2. Struktur kepribadian Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal. Merupakan bagian tertua dari aparatur mental sekaligus merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id berkerja dengan menangut prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan, serta mengontrol jalannya id, superego dan dunia luar, penengah antara instink dengan dunia luar dengan menilai realita dalam hubungannya dengan nilai-nilai moralitas. Prinsip kerja ego menganut prinsip realitas “reality principle”. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat. Dalam dinamikia kepribadian manusia, sekalipun id, ego, dan super ego masing-masing memiliki fungsi, sifat, dan prinsip kerja tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya dan tidak mungkin dipisahkan. Apabila ketiga sistem tersebut mampu bekerja sama secara produktif, maka seseorang akan dapat memenuhi kebutuhannya tanpa menyalahi atau bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat, yang berarti memiliki kemampuan penyesuasaian diri yang baik (welladjusted). Sedangkan apabila sistem tersebut berada dalam konflik, misal adanya dorongan Id yang terlalu kuat dalam mengontrol tingah lakunya, maka seseorang tersebut dapat dikatakan mengalami pesenyesuaian diri yang salah (maladjusted). Dinamika kepribadian manusia juga dapat dilihat sebagai suatu sistem energi, yang dinamikanya sangata ditentukan oleh energi yang menggerakkan. Dalam pandangan ini, dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, sehingga satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya.

Konsep2 utama terapi psikoanalisis

  1. struktur kepribadian
    • id
    • ego
    • super ego
  2. pandangan tentang sifat manusia
    • pandangan freud tentangg sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik
  3. kesadaran & ketidaksadaran
    • konsep ketaksadaran
      • mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan , hasrat konflik
      • salah ucap / lupa → terhadap nama yg dikenal
      • sugesti pascahipnotik
      • bahan yang berasal dari teknik asosiasi bebas
      • bahan yang berasal dari teknik proyektif
  1. Kecemasan
    • Adalah suatu keadaan yang memotifasi kita untuk berbuat sesuatu

Fungsi → memperingatkan adanya ancaman bahaya

  • 3 macam kecemasan
    • Kecemasan realistis
    • Kecemasan neurotic
    • Kecemasan moral

Sumber :

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1-2007-nurhadinim-1688-bab3_410-9.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031-SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/TEORI_KONSELING.pdf

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Findryawati.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F21332%2FTERAPI%2BPSIKOANALISIS.doc&ei=FE9CVY6NEIXiuQTHwoHgAQ&usg=AFQjCNFJYpptYROuX2NWH2pMhKln9FU0Ww&sig2=exS_jlqXrdElKjESvpgvBQ

0

Psikoterapi minggu ke2

A. Perbedaan Psikoterapi dan Konseling

Bagi sekelompok ahli, berpendapat psikoterapi dan konseling sebaiknya keduanya diterima sebagai kegiatan yang sinonim, banyak kesamaan dan sama-sama bertujuan mulia, yaitu membantu orang lain. Hahn (1953) dan English and English (1958) mengemukakan adanya batas yang kurang tajam antara konseling dan psikoterapi sehingga sering mengaburkan. Namun bagi sekelompok ahli lain, upaya membedakan keduanya dianggap perlu terus dilakukan agar jelas keprofesiannya dan perlu diketahui oleh masyarakat agar ada kejelasan dan tidak timbul keragu-raguan dimana terdapat organisasi yang bisa tidak sama disiplin keilmuannya, namun melakukan kegiatan yang sama atau hampir sama. Ahli-ahli lain tetap berusaha menunjukan adanya perbedaan antara kegiatan psikoterapi, baik untuk kepentingan profesi maupun ilmiah.

Steffire dan Grant (1972), mengemukakan ada beberapa hal yang bisa dipahami sebagai usaha untuk memahami konseling dan psikoterapi, memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan khusus/keduanya dan untuk membedakannya yaitu :

  1. Mengenai Tujuan.
  2. Mengenai Klien, Konselor dan Penyelenggaranya.
  3. Mengenai Metode.

*Perbedaan konseling dan psikoterapi mengenai tujuan

Mengenai perbedaan dengan melihat tujuan Stefflre & Grant (1972) menyimpulkan bahwa tujuan konselingagaknya lebih terbatas, lebihmelibatkan diri dengan mempengaruhi perkembangan seseorang, dengan situasi sesaat dan dengan usaha membawa seseorang dengan situasi sesaat dan dengan usaha membawa seseorang dengan situasi sesaat dan dengan usaha membawa seseorang agar bisa berfungsi secara tepat sesuai dengan peranannya. Sebaliknya pada psikoterapi tujuannya lebih sentral, tidak hanya memperhatikan saat sekarang melainkan yang akan datang, jadi usaha untuk mengubah struktur kepribadian yan mendasar.

Menurut Wolberg, konseling berhubungan dengan tujuan untuk memberikan support dan mendidik-kembali (supportive dan reeduction), sedangkan pada psikoterapi berhubungan tujuan merekontruksi kepribadian seseorang (reconstructive).

 Blocher (1966) membedakan konseling dengan psikoterapi dengan melihat pada tujuannya, secara singkat sebagai berikut :

  1. Pada konseling : developmental – educative – preventive.
  2. Pada psikoterapi : remendiative – adjustive – therapeutic.
  • . Perbedaan psikoterapi dan konseling mengenai klien, konselor dan penyelenggaranya.

Mengenai klien dan konselor, Blocher (1966) mengemukakan ciri-cirinya untuk membedakan antara konseling dan psikoterapi, sebagai berikut :

  1. Klien yang menjalani konseling tidak digolongkan sebagai penderita penyakit jiwa, tetapi dipandang sebagai seseorang yang mampu memilih cara umum bisa bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri dan terhadap hari depannya.
  2. Konseling dipusatkan pada keadaan sekarang dan yang akan datang.
  3. Klien adalah klien dan bukan pasien. Konselor bukanlah tokoh otoriter namun adalah seseorang “pendidik” dan “mitra” dari klien dalam melangkah bersama untuk mencapai tujuan.
  4. Konselor tidaklah netral secara moral atau tidak bermoral, melainkan memiliki nilai-nilai, perasaan dan normanya sendiri, meskipun konselor tidak perlu memaksakan hal ini kepada klien, namun ia juga tidak menutupinya.
  5. Konselor memusatkan pada perubahan perilaku tidak hanya menumbuhkan pengertian.

* Perbedaan psikoterapi dan konseling mengenai metode

Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson and Rudolph sebagai berikut :

Konseling untuk

  • Klien
  • Gangguan yang kurang serius
  • Masalah jabatan dan pendidikan
  • Berhubungan dengan pencegahan
  • Lingkungan pendidikan dan nonmedis
  • Berhubungan dengan kesadaran
  • Metode pendidikan

Psikoterapi untuk

  • Pasien
  • Gangguan yang serius
  • Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
  • Berhubungan dengan penyembuhan
  • Lingkungan media
  • Berhubungan dengan ketidaksadaran
  • Metode penyembuhan

2. BENTUK-BENTUK UTAMA DALAM TERAPI

  • Terapi Supportive : 

Suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya.

Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:

  • Ventilasi atau kataris
  • Persuasi atau bujukan (persuasion)
  • Sugesti
  • Penjaminan kembali ( reassurance)
  • Bimbingan dan penyuluhan
  • Terapi kerja
  • Hipno-terapi dan narkoterapi
  • Psikoterapi kelompok
  • Terapi perilaku
  • Terapi Reeducative : 

Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri.

  • Terapi Reconstuctive : 

Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya dialam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.

Sumber :

Gunarsa, Singgih. 1996. Konseling dan Psikoterapi. BPK Gunung Mulia ; Jakarta

http://www.slideshare.net/iebeiyan/45620167-psikoterapisuportif

http://www.scribd.com/doc/27950595/psikoterapi-suportif

http://yesimariati.blogspot.com/2013/04/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi.html

0

Psikoterapi (Minggu 1)

1. Pengertian Psikoterapi

Psikoterapi secara etimologis mempunyai arti sederhana, yaitu “Psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau “jiwa”, dan “therapy” dari bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah perawatan dalam aspek kejiwaan seseorang.

Wolberg (1954) merumuskan psikoterapi sebagai suatu bentuk perawatan atau perlakuan, atau treatment terhadap masalah yang timbul yang asalnya dari faktor emosi pada mana seorangnyang terlatih, dengan terencana mengadakan hubungan profesionaldengan pasien dengan tujuan memindahkan, mengubah sesuatu simtom dan mencegah agar simtom tidak muncul pada seseorang yang terganggu pola perilakunya, untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi secara lebih positif.

Eysenk (1961) merumuskan psikoterapi dalam beberapa ciri yakni :

  1. Hubungan antar perorangan yang berlangsung lama.
  2. Melibatkan seorang yang terlatih.
  3. Adanya ketidak puasan pada diri klien tentang sesuatu yang emosional atau penyesuaian diri.
  4. Pemakaian metode psikologi.
  5. Aktivitas yang mendasarkan pada teori tentang kelainan mental.
  6. Melalui hubungan yang dilakukan, bertujuan memperbaiki ketidak puasannya terhadap diri sendiri.

Ivey & Simek-Downing (1980) yang mengemukakan bahwa psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekontruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar ada struktur kepribadian.

2. Tujuan Psikoterapi

  • Mengubah perilaku yang tidak diinginkan
  • Mencari ‘growth experience
  • Mengubah perilaku yang menyebabkan klien merasa tidak bahagia
  • Rekonstruksi karakter dan kepribadian
  • Klien dapat melakukan kontrol diri lebih baik

Psikoterapi terlebih dahulu menangani penyimpangan yang merusak dan baru kemudian menangani usaha pencegahannya. Psikoterapi berusaha pada struktur dasar perkembangannya. Corey (1991) merumuskan tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi dengan: untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.

          Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey, et al (1987) adalah; Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadianna dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.

          Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (1991) dirumuskan sebagai; membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.

          Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987) adalah: untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik.

          Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, dijelaskan oleh Ivey, et al (1987) sebagai berikut: untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.

          Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987) sebagai berikut: Agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.

          Pada akhirnya uraian mengenai tujuan psikoterapi ini, ditutup dengan uraian mengenai terapi realitas dari kedua tokoh diatas.

          Ivey, et al (1987) merumuskan psikoterapi dengan pendekatan terapi realitas sebagai: Untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa dicampur-tangani orang lain.

3. Unsur-Unsur Psikoterapi

  1. Dua individu saling terikat dalam interaksi yang bersifat rahasia, dimana klien akan dibukakan jalan untuk menjadi tahu.
  2. Interaksi umumnya terbatas pada pertukaran verbal.
  3. Interaksi berlangsung dalam jangka waktu lama.
  4. Hubungan bertujuan untuk mengubah perilaku tertentu pada klien, yang telah disetujui oleh kedua pihak.

Sumber :

Gunarsa D, Singgih. 1996. “Konseling dan Psikoterapi”. Jakarta ; PT BPK Gunung Mulia

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=26&cad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAFOBQ&url=http%3A%2F%2Fpsi442.weblog.esaunggul.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2Fsites%2F697%2F2013%2F04%2FPsikoterapi-Pertemuan-2.ppt&ei=diQJVaX3GYiQuATb5YGwAw&usg=AFQjCNF5yNKuR6La4hUsBgaapYXPCg0Abg&sig2=31z4TQAXpka4JK46rmK6Cw

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1-2005-mahfudzfau-484-BAB2_410-1.pdf